Friday, October 28, 2011

Beginilah Kisah Perjalanan Anak-Anak Khadafi

Tubuh pria tak bernyawa itu dibaringkan di sebuah rumah di kota Misrata, Libya. Beralaskan selimut yang digelar di atas lantai, kaki hingga pinggangnya ditutupi plastik biru. Tubuh bagian atas dibiarkan terbuka, telanjang. Luka tembak menganga, merah, di pangkal tenggorokan dan perut.
                                                         
Wajahnya ditumbuhi jenggot, kontras dengan penampilan masa lalunya yang klimis dan angkuh, saat berdiri di samping Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton pada 2009 lalu.  Juga, jauh dari kesan trendi saat ia berkeliaran di kelab-kelab malam eksklusif di berbagai belahan dunia.

Warga setempat berbondong-bondong datang, berdesak-desakan di sekelilingnya--bukan untuk menyampaikan duka dan mendoakannya, tapi sibuk mengambil gambar si mayit dengan telepon genggam.

Dan teriak “Allahu Akbar” terdengar bersahutan. Salah satu orang yang datang berseru lantang, “Inilah akhir seorang tiran!”

 
Mutassim Billah Khadafi semasa hidupnya

Jasad itu: Mutassim Billah Khadafi, 34 tahun, putra ke-5 mantan pemimpin Libya, Muammar Khadafi. Seperti halnya sang ayah--yang dijuluki Presiden AS Ronald Reagan "Anjing Gila dari Timur Tengah"--ia tewas di tangan tentara Dewan Transisi Nasional Libya (NTC). "Mutassim dibunuh para pejuang setelah mencoba melawan,” kata pejabat NTC, Abdel Majid Mlegta, seperti dimuat Reuters.
Sejumlah orang mengambil gambar jasad Mutassim Billah Khadafi (REUTERS)
 Mutassim meregang nyawa di dekat ayahnya saat tentara NTC menyerbu Sirte. Ia adalah anggota keluarga terakhir dan satu-satunya yang berada di sisi sang diktator hingga akhir hayatnya.

Playboy ini adalah satu dari dua anak Khadafi yang santer disebut-sebut merupakan putra mahkota. Bocoran kabel diplomatik AS yang dirilis WikiLeaks menyebutkan Mutassim aktif memupuk hubungan baik dengan Washington. Namun, berbeda dengan saudaranya, Saif, aktivitas Mutassim terbatas di Libya--sebagai penasihat keamanan dan panglima pasukan elite pengawal ayahnya.
Putra Moammar Khadafi, Saif al-Islam 

Mutassim memang playboy tulen. Dia antara lain pernah memacari mantan model Playboy, Talitha van Zon. Bertemu di sebuah kelab malam Italia pada tahun 2004, hubungan mereka hanya bertahan tiga bulan. Model asal Belanda itu mengaku tak tahan dengan tabiat Mutassim yang berganti pacar bak bertukar baju.

Namun, jelas Talitha tak menyesal. Selama dipacari Mutassim, dia menikmati sejumlah fasilitas mewah--diajak berkeliling dunia menonton Grand Prix, dihujani hadiah mahal seperti tas Louis Vuitton, juga berlibur ke Kepulauan Karibia dengan pesawat pribadi keluarga Khadafi.

Suatu hari, Talitha pernah bertanya kepada Mutassim berapa banyak uang yang dia keluarkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Mutasssim lalu menyebut angka US$2 juta atau sekitar Rp18 miliar. “Saya tanya apakah itu untuk setahun. Dia menjawab enteng ‘itu untuk sebulan’,” katanya kepada Sunday Telegraph.

Maut menjemput Mutassim setelah terlebih dulu menyambar dua saudaranya, Saif al-Arab dan Khamis Khadafi. Mereka dikabarkan tewas, juga dalam sebuah serangan tentara pemberontak.

Khamis si putra bungsu sering dianggap sebagai kuda hitam dalam suksesi tahta Khadafi. Disekolahkan di sebuah akademi militer di Rusia, ia mengomandani satuan elit yang dikenal sebagai “Brigade Khamis”--terdiri dari tentara paling terlatih, dilengkapi persenjataan mutakhir, dan punya kesetiaan tak tergoyahkan pada rezim Khadafi. Khamis diyakini tewas di bunker ayahnya saat dibombardir rudal NATO.

Soal Saif, tak banyak yang diketahui. Putra ke-7 Khadafi ini antara lain pernah belajar di sekolah bisnis di Munich. Di kota ini polisi setempat pernah menyita paksa Ferrari-nya karena diadukan kelewat berisik. Mirip kakaknya, Hannibal, Saif juga sering berkelahi di kelab-kelab malam mewah. Ia diyakini tewas dalam serangan NATO di Tripoli.

Tumbangnya putra mahkota
Selain menewaskan Khadafi, Mutassim, dan para pengawal setianya; dalam seranganke Sirte itu tentara NTC juga berhasil menangkap Saif al-Islam. Dia adalah putra kedua, anak emas, sekaligus anak Khadafi yang paling berpengaruh. Meski terluka, nyawanya masih selamat. Menteri Kehakiman Libya Mohammad al-Alagi mengatakan Saif ditangkap dalam keadaan terluka. Ia tertembak di kaki.

Dalam sebuah konperensi pers, Perdana Menteri Sementara Libya Mahmoud Jibril mengatakan Saif disergap saat berupaya melarikan diri dari Sirte.

Saif dikenal sosok yang memposisikan dirinya sebagai “reformis”. Dia tipikal pria urban, dengan bahasa Inggris sempurna, dan latar belakang pendidikan yang dihormati. Dia menerima gelar doktor dari London School of Economics—yang belakangan menjadi kasus kontroversial. Saif dituduh membayar orang lain untuk menuliskan disertasi doktoralnya, yang kemudian ternyata terbukti ditulis dengan mencontek karya orang lain.

Pada 2006, Saif dipaksa meninggalkan Libya karena mengritik sang ayah secara terbuka. Namun,belakangan bapak-anak ini kembali rukun.

Seperti saudara-saudaranya, reputasi Said sebagai playboy juga kondang di banyak negeri. Dia bersahabat dengan orang-orang kaya dan berpengaruh dunia. Bersama Mutassim, dia hebat dalam urusan berfoya-foya. Mereka pernah mengeluarkan ratusan juta dolar untuk mengundang Mariah Carey, Beyonce, dan Usher, untuk tampil di sebuah pesta ulang tahun mereka.

Diburu di luar negeri
Setelah Khadafi dan sejumlah anaknya mati diterjang peluru, perburuan terhadap anggota keluarga yang lain makin digencarkan. Pemerintahan sementara Libya menuntut sejumlah negara untuk mengekstradisi mereka. Sebagian anggota keluarga Khadafi--termasuk istri, dua putra, dan satu putrinya--lari ke Aljazair, sejak Agustus lalu.

Tak hanya memburu trah "Si Anjing Gila", pemerintah sementara Libya juga melacak harta keluarga ini. Jumlahnya ditaksir mencapai jutaan poundsterling, yang disembunyikan di berbagai tempat rahasia di banyak negara.

Pemerintah Inggris, misalnya, telah membekukan aset senilai 12 miliar poundsterling. AS membekukan 20 miliar poundsterling dan mengalihkan sebagian aset kepada NTC, bulan lalu. Begitu pula dengan Swiss, Austria, dan Kanada, yang menyita aset bernilai miliaran poundsterling.

Berikut daftar anggota keluarga sang diktator yang sedang diburu di berbagai negara:

Mohammed Khadafi
Ia adalah putra sulung sekaligus anak semata wayang Khadafi dari istri pertamanya. Tak seaktif dan semenonjol adik-adiknya yang berebut tahta, Mohammed adalah seorang ilmuwan komputer, pernah menjabat Ketua Komite Olimpiade, dan pemilik General Post and Telecom Company--operator ponsel dan komunikasi satelit Libya. Ia termasuk dalam rombongan yang lari ke Aljazair.

Al Saadi Khadafi
Di antara anak Khadafi, ia dikenal yang paling tak cerdas. Masuk akademi militer, saat meraih pangkat kolonel, seperti ayahnya dia memilih berhenti dan menuruti hasrat terpendamnya: main sepak bola.

Saadi sempat menjadi kapten Timnas Libya. Dia tercatat pernah menyumbangkan dua gol selama 18 kali bertanding. Memanfaatkan koneksi bisnis keluarganya di Italia, dia bergabung dengan klub Perugia pada tahun 2003.
Namun, selama dua tahun bergabung di Perugia, dia hanya diturunkan sekali saja. Lalu, ia hijrah ke Udinese pada 2005. Lagi-lagi, dia hanya dimainkan satu kali sepanjang musim. Pindah ke Sampdoria pada musim 2006-2007, nasibnya lebih apes—dia sekadar terdaftar dan tak pernah dimainkan barang sekali pun.

Diberitakan BBC, adalah Saadi yang memerintahkan tentara Libya untuk menembaki warga sipil yang menggelar demonstrasidi Benghazi di masa-masa awal pemberontakan. Ia kabur ke Nigeria.

Aisha Khadafi
Ia adalah satu-satunya anak perempuan Khadafi. Berkarir sebagai pengacara, ia pernah tergabung dalam tim pembela mantan Presiden Irak, Saddam Hussein. Selama dua tahun, Aisha tercatat menjadi Duta Besar Libya untuk UNDP PBB dalam program mencegah penyebaran virus HIV/AIDS dan memerangi kekerasan terhadap wanita.

Menurut bocoran kawat diplomatik AS, Aisha adalah anak Khadafi yang paling cerdas--melebihi saudara-saudaranya yang lain. Ia juga buah hati Khadafi, meski tak pernah dipertimbangkan dalam garis suksesi.

Aisha dikabarkan melahirkan bayi perempuan di sebuah klinik di kota perbatasan Libya. Salah satu dari tiga anaknya tewas dalam serangan NATO pada April 2011 lalu.
Hannibal Khadafi
Anak ke-4 Khadafi ini dikenal sebagai pembuat onar. Ia kerap meninggalkan kamar yang porak-poranda dan tagihan yang belum dibayar di sejumlah hotel mewah di kota-kotaEropa. Pada tahun 2005,ia pernah dituduh memukuli pacarnya—yang sekarang menjadi istrinya; seorang model bikini asal  Lebanon, Aline Skaff, di sebuah hotel di Paris.

Beberapa tahun kemudian, pasangan itu ditangkap polisi Swiss setelah memukuli dua pembantu di sebuah suite mewah di Jenewa. Ketika Hannibal masuk bui gara-gara kasus ini, rezim ayahnya membela habis-habisan. Swiss dituntut meminta maaf. Pada September 2008, kasus itu dihentikan. Keduanya dibebaskan dengan uang jaminan 500 ribu euro.

Insiden tersebut memicu krisis diplomatik Swiss-Libya. Libya sampai memotong pasokan minyak ke Swiss. Sebaliknya, Swiss memboikot barang Libya.

Hannibal terkenal kejam. Setelah Tripoli jatuh ke tangan pemberontak, seorang pengasuh anak asal Ethiopia dengan kondisi mengenaskan tampil di depan kamera televisi. Shweyga Mullah—nama pengasuh itu--mengaku dipukuli, disiram air panas, dan dianiaya berat saat bekerja untuk pasangan tersebut.
Milad Khadafi
Ia memang bukan anak biologis Khadafi. Namun, sang pemimpin Libya diduga mengadopsi keponakannya itu sebagai anak. Sebuah insiden yang terjadi pada 1986 menjadi latar belakang. Kala itu, Milad yang masih muda dilaporkan menyelamatkan nyawa Khadafi saat Tripoli dibom AS.

Kini, setelah nyawa Khadafi betul-betul lepas dari raganya, giliran Milad harus berkelit menepis ancaman yang sedang membayanginya.



sumber

No comments:

Post a Comment